Kamis, 29 April 2010

Jangan Merendahkan Sesama Manusia



Setelah berdoa novena pagi ini, kita kembali merenungkan sebuah cerita yang bisa menjadi bahan refleksi dalam diri kita. Agar selalu ingat bahwa manusia di ciptakan sama. Tak ada yang lebih pantas dan lebih baik jika hidup ini saling menghargai.

Pernah hidup seorang yang sudah lanjut usia, kurus dan penyakitan. Matanya selalu berkedip dan kedua tangannya selalu gemetar. Setiap kali makan ia membuat piring dan sendok bunyi tidak beraturan. Sering ia salah memasukan makanan ke mulut dan hanya membuang saja makanan di atas taplak meja atau jatuh ke lantai. Ia hidup dengan putera bungsunya yang sudah berkeluarga dengan satu anak. Anak-anaknya yang lain berjumlah empat orang menolak untuk mengambil dan memelihara ayah mereka yang sudah duda lebih dari lima belas ahun itu. Isteri dari putera bungsunya atau menantunya sangat tidak senang dengan kehadiran di rumah tersebut itu karena hanya menjadi beban bagi keluarga muda yang baru mereka bentuk.

“Saya tidak tahan lagi dengan hidup seperti ini, “ protes sang isteri. “Ia sangat mengganggu hak saya untuk memiliki hidup yang tenteram dan bahagia.” Maka jalan keluarnya ialah ia dan suaminya mengangkat orang tua itu pada kedua lengannya dan dengan hati-hati membawanya ke sudut dapur dengan cahaya yang remang-remang. Di sana mereka duduki dia pada belahan balok yang tidak ada sandarannya lalu memberinya makanan di dalam mangkuk yang terbuat dari tanah liat. Sejak saat itu ia selalu makan di sudut dapur, mengedipkan matanya ke meja makan dengan pandangan yang sedih.

Pada suatu hari kedua tangannya menjadi lebih gemetar daripada yang sudah-sudah. Akibatnya mangkuk tempat makanannya jatuh dan pecah berantakan. Melihat kejadian itu menantu berteriak“Jika engkau seekor anjing,” bentak menantunya, “engkau harus makan dengan piring di lantai agar tidak memecahkan perabotan rumahku lagi” Maka esoknya dia membeli piring plastik yang di taruh di lantai sebagai tempat makanan ayah mertuanya agar tidak memecahkan piring lagi.

Pasangan suami isteri ini memiliki seorang putera berusia empat tahun yang sangat mereka sayangi. Anak itu sedang lucu-lucunya, nakal dan suka bicara. Pada suatu petang ayah anak itu mendapatkan puteranya sedang bermain sendirian dengan beberapa piring plastik yang terisi makanan dan berserakan dan ia memanggil isterinya untuk ikut memperhatikan anak mereka. Ketika ditanya tentang apa yang sedang diperbuatnya, anak itu menjawab: “Adek sedang belajar papa” katanya seperti ingin mendapatkan pengertian dari orang tuanya jawab suami istri tersebut"belajar apa sayang?" jawab anaknya, “Adik harus belajar dari kakek agar kelak... (terdiam).. kalau kalian sudah tua aku tahu cara memberi makan Papa dan Mama dengan baik..seperti yang kalian lakukans sekarang terhadap kakek.....”katanya polos

Suami isteri itu berpandangan sebentar seperti tak percaya dapat dikejutkan oleh kata-kata putera mereka. Mereka tidak berkata apa-apa. Lalu keduanya menangis dan menyesali perbuatan jahat mereka. Lalu mereka segera menuju ke sudut dapur dan memapah orang tua mereka sendiri di kedua lengannya, membawanya kembali ke meja makan. Mereka mendudukkan dia kursi yang empuk dan memberikannya makanan dalam piring yang pantas. Orang tua itu menikmati makanan dan menemukan kembali kekuatan dan kepuasan. Sejak saat itu tidak ada seorang pun memarahinya setiap kali ia membuat keributan, menumpahkan atau memecahkan sesuatu.

Kisah ini mengingatkan kita akan dosa manusia karena merendahkan manusia yang lain. Orang begitu mudah memperlakukan sesamanya dengan tidak pantas, bahkan menyamakannya dengan binatang, menjauhi orang lain karena dia miskin, memaki dan berkata tidak sopan kepada umat agama lain yang tidak seagama, merendahkan orang-orang bodoh/pembantu, juga karena orang lain tampak sebagai orang sakit, lanjut usia, asing, dan memiliki aneka perbedaan dari dirinya sehingga manusia menjadi tidak pantas untuk memberikan kebaikan, rasa penuh kasih,hati yang pemaaf,keakraban atau dekat dengan mereka yang lebih rendah dari kita.

Ajaran Kitab Suci dan iman Kristiani tidak membolehkan sikap pilih-kasih, favouritism. Singkatnya, pilih-kasih itu ialah membiarkan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh status sosial seseorang atau keistimewaan atau kekuasaan atau kekayaan atau kekuarangan akan hal-hal ini. Jadi pilih kasih itu dapat berwujud dalam dua bentuk:
memihak orang-orang kaya dan berkuasa atau merendahkan mereka yang lemah dan kecil.

Semoga hari ini kita semakin bijak dan bisa menunjukan sikap yang sesungguhnya Allah inginkan untuk kita laksanakan sabda-sabdaNya lewat tindakan yang nyata. Berkah Dalem.

from : http://www.facebook.com/#!/notes/bunda-maria-santa-perawan-suci/renungan-pagi-jangan-merendahkan-sesama-manusia/386632722361

Tidak ada komentar:

KIDDY EVOO Launch

Kenalan yuks sama Yummy Bites Sebagai mama baru, produk Yummy Bites sudah menjadi salah satu kebutuhan buat mama dan sikecil. Berawal d...